irama itu berdetak
nyaman dalam dada
senandung rindu
patah-patah
pada simponi malam
yang benar-benar malam
pada canda dalam mata; saja
rahsia yang terisap dalam-dalam
derit pintu
atau kadang gemerisik saja
senang untuk diulang dalam bincang-bincang
namun lewat mimpi; saja
karena ini rahsia malam
yang benar-benar malam
senyumku pada rembulan
sendu
tatapan entah
pada awan malam
pada bintang malam
dan sayup
suara hati, jerit sesaat; saja
ketukan pelan
atau panggilan perlahan
senang untuk diulang dalam bincang-bincang
namun lewat mimpi; saja
karena ini nestapa malam
yang benar-benar malam
mengejar angin itu
dalam labirin otak yang kehitaman
dalam malam
yang memang benar-benar malam
adakah ilalang itu
membelai dedaunan
menggoda gelora datang bertalu
dan menampar-nampar
indahnya
lalu petir
bahkan arus listrik yang dahsyat
terang sesaat
lalu gelap terulang
dalam bincang
karena sungguh, ini tentang malam
yang benar-benar malam
pada luka
pada jelaga
pada nestapa
pada rindu
terserak; patah-patah
ayuk
yuuk...
tanpa jawaban
sepi;
itulah derit pintu tanpa gelora
hanya dipandang lekat
tanpa sekat
tanpa godaan-godaan itu
lalu awan
semakin sepi; saja
udara menjadi gung liwang luwung...
rindu
perih
perih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar